Melupakan [Tere Liye]

| Jumat, 14 Maret 2014



Ketika kita mencoba melupakan kejadian menyakitkan, melupakan orang yang membuat rasa sakit itu, maka sesungguhnya kita sedang berusaha menghindari kenyataan tersebut. Lari. Pun sama, ketika kita ingin melupakan orang yang pernah kita sayangi, hal2 indah yang telah berlalu. Maka, sejatinya kita sedang berusaha lari dari kenangan atau sisa kenyataan tersebut.

Kabar buruk buat kita semua, mekanisme menyebalkan justru terjadi saat kita berusaha lari menghindar, ingatan tersebut malah memerangkap diri sendiri. Diteriaki disuruh pergi, dia justru mengambang di atas kepala. Dilempar jauh2, dia bagai bumerang kembali menghujam deras. Semakin kuat kita ingin melupakan, malah semakin erat buhul ikatannya.

Bagaimana mengatasinya?

Justru resep terbaiknya adalah kebalikannya. Logika terbalik. Apa itu? Mulailah dengan perasaan tenteram terhadap diri sendiri. Berdamai. Jangan lari dari kenangan tersebut. Biarkan saja dia hadir, bila perlu peluk erat. Terima dengan senang hati. Bilang ke diri sendiri: "Saya punya masa lalu seperti ini, pernah dekat dengan orang menyakitkan itu, saya terima semua kenyataan tersebut. Akan saya ingat dengan lega, karena saya tahu, besok lusa saya bisa jadi lebih baik--dan semua orang berhak atas kesempatan memperbaiki diri." Letakkan kenangan tersebut dalam posisi terbaiknya.

Maka, mekanisme menakjubkan akan terjadi. Perlahan tapi pasti, kita justru berhasil mengenyahkan ingatan itu. Pelan tapi pasti, kenangan tersebut justru menjadi tidak penting, biasa-biasa saja. Dan semakin kita terbiasa, levelnya sama dengan seperti kenangan kita pernah beli bakso depan rumah, hanyut dibawa oleh hal2 baru yg lebih seru. Ketahuilah, racun paling mematikan sekalipun, saat dibiasakan, setetes demi setetes dimasukkan dalam tubuh, dengan dosis yang tepat, besok lusa jika kita tidak semaput oleh racun tersebut, kita justru akan jadi kebal. Apalagi kenangan, jelas bisa dibiasakan.

Itulah hakikat dari: "Jika kalian ingin melupakan sesuatu atau seseorang, maka justru dengan mengingatnya. Terima seluruh ingatan itu."





Sumber: dari blog sahabatku http://ddottopdotf.blogspot.com yang sedang galau ^_^

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲