[Cerpen Misteri] F : The Jokerman Murderers

| Minggu, 14 Juli 2013
Sebenarnya ini adalah sebuah cerpen dari seorang teman, yang terinspirasi dari case milikku. Aku kalah cepat untuk mengadaptasi case itu menjadi cerpen milikku sendiri. (^_^)
Tapi, terima kasih banyak untuk F yang sudah membuat cerpen ini dan memperlihatkannya padaku. Aku akan segera menyusul untuk mengadaptasi case itu. Dan nanti, mari kita bandingkan hasilnya! (9^_^)9

===========================================================================

Saat itu 15 April 2013, suasana kelas begitu membosankan. Aku hanya termenung memandangi luar jendela. Ruang kelas kami berada di lantai 3. Di sebelah kelas kami, lebih tepatnya di sebelah gedung kami sedang ada pembangunan gedung baru. Hal itu membuat suasana semakin tidak kondusif untuk belajar. Apabila jendela dibuka maka suara bising itu terdengar sangat jelas, walaupun ketika jendela ditutup pun deru mesin proyek itu masih tetap terdengar. Kebetulan hari itu matahari begitu dominan dibanding awan-awan yang hanya sedikit menampakkan diri. Temperatur ruangan pun terasa begitu panas, apalagi ditambah dengan Air Conditioner yang tidak bekerja dengan semestinya, hal itu benar-benar membuat aku, atau kami lebih tepatnya, tidak dapat berkonsentrasi dengan baik pada pelajaran saat itu. Ditengah ketidakkondusifan ruang kelas kami tiba-tiba ada sesuatu yang terjadi pada teman kami sebut saja RB, dari dalam mulutnya keluar suatu buih, sontak dia pun terjatuh dari kursinya. Segera dia dibawa ke UKS sekolah untuk selanjutnya mendapatkan pertolongan pertama.

Dia (RB) duduk di bangku paling depan pada kolom kedua di kelas kami, sedangkan aku duduk pada baris ketiga serta kolom pertama di kelas. Ruang kelas kami merupakan kelas dimana hanya terdapat 20 siswa, dimana tempat duduknya dibuat menjadi 4 kolom dan 5 baris. Kolom pertama merupakan kolom yang paling dekat dengan meja guru sekaligus jendela, sedangkan kolom ke 5 merupakan kolom yang paling dekat dengan pintu kelas.
Tidak Tidak Tidak. Ini terlalu membosankan. Bukan begini seharusnya gaya ku bercerita.
O ya, perkenalkan. Aku adalah navigator kalian, aku pemandu kalian dalam cerita ini, ini bukanlah sebuah laporan kasus kematian ataupun sebuah cerpen. Aku akan menceritakannya kepada kalian detail kejadian yang sesungguhnya. Kejadian yang bisa jadi akan menjadi kunci bagi terpecahkannya kasus-kasus berikutnya. Aku bukanlah saksi ahli dalam kasus ini. Tetapi kejadian ini adalah kasus pertama dalam hidupku. Sebut saja aku F.

RB merupakan seorang wanita yang populer dikelas kami, atau mungkin di sekolah kami. Dia banyak disukai oleh kebanyakan siswa laki-laki disini. Ku akui dia memang anggun. Dia juga vokal dikelas, ketika guru membuka sesi tanya jawab, dia termasuk siswa yang sering bertanya. Dia juga lembut kepada teman-temannya yang meminta bantuan kepadanya. Tetapi hari itu RB tak seperti biasanya. RB nampak berbeda, dia terlihat pucat, dia juga bersikap offensive, dia terlihat seperti menyimpan masalah. RB yang biasanya vokal juga lebih banyak diam ketika guru menjelaskan dan membuka sesi tanya jawab, ku kira itu hanya karna suasana yang kurang kondusif saja, ternyata memang ada keterkaitan diantara itu semua. Keterkaitan yang mungkin akan sedikit rumit untuk dipahami. Tetapi nanti akan aku jelaskan kepada kalian mengapa itu semua bisa terjadi. Setelah selama dua hari RB tidak sadarkan diri akhirnya dia mulai siuman, beruntung nyawanya tidak terenggut ketika itu, karena sebenarnya RB keracunan arsenik. Arsenik tersebut ditemukan dalam jumlah kecil pada baju sekolahnya, serta dibeberapa bagian di tubuhnya. Sejauh pengetahuanku, arsenik merupakan senyawa yang sangat berbahaya apabila tertelan kedalam tubuh manusia. Senyawa tersebut dapat menyebabkan kematian. Masih belum jelas kenapa RB bisa sampai keracunan arsenik, ada kemungkinan dia mencoba bunuh diri, atau bisa juga dia tidak sengaja menelan sesuatu yang mengandung arsen.
Tentu saja bukan bunuh diri, saya rasa RB tidak cukup bodoh untuk mencoba bunuh diri.

Perkenalkan nama saya Reni, atau biasa juga dipanggil oleh F dengan sebutan ‘dhiyah’. Saya adalah teman sekelas F, biarkan saya jelaskan kronologi dari kasus ini secara lebih rinci.

14 April 2013 pukul 15.42 WIB, RB mendapatkan telepon dari saudaranya, LB. Isi percakapan singkat tersebut adalah datangnya kabar bahwa ayah RB yang bernama MA ternyata telah meninggal dunia. Seketika itu sontak RB langsung shock dan mentalnya pun down. Kedua Orang Tua RB tinggal di Bandung, sedangkan RB sendiri tinggal bersama neneknya di Jakarta. Keesokan harinya, RB memutuskan untuk tetap berangkat sekolah. Entah apa yang membuat RB tidak segera ke Bandung, dan lebih memilih untuk tetap berangkat sekolah. Tetapi ketika itu suasana hatinya masih belum membaik, atau mungkin RB takut untuk menerima fakta yang sesungguhnya. Ia pun tidak bisa menyerap pelajaran dengan baik ketika itu. Sebenarnya arsen yang dimaksud F sebelumnya bisa jadi berasal dari pegangan bus umum yang dinaikinya ketika berangkat sekolah, saat itu RB tidak sempat sarapan, dan memilih membeli jajan di perjalanan. Kondisinya yang memang lemah, serta terhirup atau tertelannya arsen ke dalam tubuh RB menjadi penyebab tumbangnya RB serta keluarnya busa dari mulut RB ketika pelajaran kemarin. Terlihat seperti kebetulan memang, tetapi hal-hal seperti ini mungkin terjadi di kehidupan nyata.

Ok stop dhiyah, ini tugasku sebagai moderator, jadi biar aku saja yang menjelaskan.
Ya perkenalkan, yang tadi menjelaskan adalah tokoh utama dari cerita ini yaitu Reni Badhiyah atau yang sedari tadi kita sebut sebagai RB. Langsung saja kita ke kronologi kasus dari kematian ayah RB, Muhammad Andi.

14 April 2013
Muhammad Andi (44 tahun) ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa oleh polisi setelah mendapat laporan dari pembantunya, Sunarti Sidik (42 tahun). Polisi tiba di rumah korban pukul 12.20 dan menemukan korban meninggal karena 3 tusukan di perut bagian kiri. Dan terdapat bekas cengkraman tangan di leher korban. Pisau masih menancap di perut korban, namun tidak terdapat sidik jari pada pisau tersebut. Di sekitar pisau dan luka korban terdapat gumpalan-gumpalan darah. Terdapat lebam di sekitar kaki dan tangan korban, dan ada bekas lem di sekitar mulut korban. Kondisi kamar korban sedikit berantakan, terutama di sekitar meja kerja, tetapi tidak ada barang yang hilang. Di ruangan itu terdapat sebuah lemari pakaian dengan cermin besar yang hampir tidak berisi pakaian dan cukup dimasuki manusia. Lemari itu langsung dapat dilihat melalui pintu meskipun hanya terbuka sedikit.
Kesaksian pembantu (Narti) yang melihat kejadian:
Saat itu saya tidak sengaja melewati kamar Tuan yang pintunya sedikit terbuka. Aku melihat Tuan sedang di pegang oleh seseorang bertopeng Joker yg menakutkan. Orang itu mencekik Tuan dari belakang, dan menusuk perut Tuan tepat di hadapan saya. Tapi saat itu Tuan tidak bisa berteriak karena mulutnya tertutup lakban. Saat itu saya tidak mampu menjerit, tetapi sepertinya pembunuh itu tahu jika saya melihat kejadian itu, dan mulai mengejar saya. Saya ketakutan dan langsung lari keluar villa untuk mencari bantuan polisi. Saat itu, sekilas saya melihat jam di kamar Tuan yang terletak tepat di belakang Tuan saat Tuan di bunuh. Waktu itu jam menunjuk sekitar pukul 12 lewat 6-7 menit. Tapi saya tidak begitu yakin karena jam di kamar Tuan tidak ada angkanya. Oh, iya. Saya hampir lupa melaporkannya. Pembunuhnya menusuk Tuan dengan tangan kiri. Mungkin dia kidal. Tapi di rumah ini yang kidal hanya 2 orang, suami saya dan Tuan Muda.

Apakah ada sesuatu yg aneh?
Ah, ya. Saya merasa ada yg aneh dengan diri saya saat itu. ketika berlari mencari kantor polisi terdekat, saya merasa saya sampai di kantor itu terlalu cepat. Mungkin saya sangat ketakutan, sampai-sampai saya tidak sadar kecepatan berlari saya.

Bagaimana posisi orang-orang saat kejadian?
Saya tidak tahu pasti. Tetapi sekitar 10 menit sebelumnya saya melihat Tuan Muda tertidur di sofa di depan televisi. Saya juga melihat Nyonya pergi ke dapur untuk makan siang. Dan Tuan Pandu sedang duduk di meja kerjanya dan membaca buku. Suami saya ada di luar rumah saat itu. Mungkin ada di gudang peralatan tempatnya biasa beristirahat.

Kesaksian dan alibi orang-orang pada saat kejadian :
Muhammad Pandu (adik korban, 44 tahun). “Uhuk.. uhuk.. saya sedang membaca buku di kamar. Bukankah Narti telah memberitahukan Anda? Uhuk.. maaf, saya sedang flu.”

Levi Badharudin (anak korban, 18 tahun). “Pada pukul 12 lewat 5? Saya tertidur di sofa. Saya mulai tidur pukul 11.30 dan terbangun ketika ada keributan ketika polisi datang. Ternyata Ayah telah dibunuh.”

Sisilia Andi (istri korban, 40 tahun). “Saya sedang makan di dapur. Saya melihat Narti lewat di dekat saya 10 menit sebelumnya.”

Suripno Sidik (tukang kebun, suami Narti, 46 tahun) “Pada saat kejadian? Saya ada di gudang peralatan. Saat itu saya melihat Narti keluar dari vila dengan tergesa-gesa dan sepertinya ketakutan. Saya keluar dan memanggilnya, tetapi dia tidak mendengarkan. Ku pikir dia bertingkah seperti itu karena fobianya pada kucing peliharaan Nyonya. Seseorang yang mengejarnya? Saya tidak melihat siapapun saat itu.”

Sebuah kasus dengan seorang saksi kunci, menarik bukan? Bagaimana menurut tanggapan kalian? Bisakah kalian pecahkan kasus ini? Oke aku beri kalian waktu tiga detik untuk mulai berpikir, tiga… dua… satu… Tettot… Ayo kita berfikir ulang, apakah ada yang aneh dengan kesaksian saksi kunci kita? Apa kalian menyadarinya? Ya… Narti bilang bahwa dia terlalu cepat sampai ke kantor polisi, bagaimana bisa? Apakah dia berlari terlalu kencang?

Ah rasanya mustahil, sepertinya ada yang salah dengan waktu kejadiannya. Ah iya, apakah kalian ingat bahwa jam di kamar korban tidak memakai angka? Dan bukannya dikamar korban ada sebuah cermin besar? Sepertinya Narti melihat jam dari pantulan cermin tersebut, kalau begitu waktu kejadiannya pun berubah, bukan seperti yang Narti utarakan, dengan begini waktu kejadiannya menjadi sekitar pukul 12 kurang 6-7 menit.

Hmm… kalau begitu berarti pelakunya pun bukan kidal, karna sebenarnya Narti melihat dari cermin dan dia menganggap bahwa pelakunya seolah-olah kidal. Kalau begitu pelakunya bisa saja istri korban atau adik korban. Atau bisa juga kita pertimbangkan bahwa mereka bekerja sama? Atau ada orang lain yang juga ikut bekerjasama? Lalu apa sebenarnya motif dari pembunuhan ini? Perselingkuhan kah? Atau apa? Perampokan? Tetapi disana tidak ada barang yang hilang, jadi tidak mungkin bahwa ini adalah perampokan. Hmm… menarik.

Oke mari kita berasumsi bahwa ada kesempatan untuk mereka berdua bekerjasama, lalu bagaimana dengan kronologi kejadiannya? Apakah Si pelaku bersembunyi di lemari besar tersebut dengan mengenakan topeng Joker sembari mencari waktu dimana korban lengah baru dia kemudian membunuh korban dengan terlebih dahulu melakban dan mengikat korban, hmm sepertinya ini asumsi yang bodoh. Bukankah ini terlalu memakan banyak waktu untuk melakukan pembunuhan langsung seperti ini.

Lalu bagaimana? Apakah istri korban yang memberikan kode kepada pelaku yang sedang bersembunyi itu dengan sebuah kode tertentu? Lalu siapakah pelaku sebenarnya? Apakah adik korban? Atau ada orang lain yang terlibat dalam kasus ini?

Hmm… Ayo kita fikirkan lagi, apakah ada kejanggalan yang lainnya? Apakah ini suatu kebetulan bahwa Narti melihat kejadian pembunuhan ini? Ataukah ini sebuah rekayasa bahwa Narti harus melihat kejadian ini agar alibi mereka sempurna? Disini aku tekankan “mereka”, karena bisa jadi pelakunya lebih dari satu orang.

Ayo kita coba asumsi lain bahwa ini memang benar sebuah rekayasa, lalu sebenarnya siapa yang berada dibalik topeng joker itu? Adik Korban? Suami Narti? Atau Anak Korban? Atau mungkin Istri Korban? Untuk alibi Anak Korban sepertinya bisa dipertanggungjawabkan berdasarkan keterangan Narti. Kalau begitu tinggal 3 orang yang tersisa dan seorang misterius yang mungkin terlibat.

Aaahhh… Stuck, kita tak punya bukti lain. Aku butuh bukti lain untuk memastikan pelakunya. Satu bukti saja. Kira-kira apa ya. Hmm tunggu dulu. Sepertinya aku menyadari sesuatu. Bukankah Korban dan Adik Korban adalah kembar? Itu dapat dilihat dari umur mereka. Kalau begitu jika ini sebuah rekayasa, maka korban yang dilihat Narti ketika itu sebenarnya adalah Adik Korban (Muhammad Pandu). Lalu korban yang sesungguhnya disembunyikan didalam lemari besar dengan diikat tangannya, dan dilakban mulutnya.

“Kalau begitu yang mungkin memakai topeng joker itu adalah…..” F menghentikan ceritanya.

“Kenapa tidak dilanjutkan F? Siapa pelakunya?” Reni menanggapi.

“Baiklah dhiyah, tapi mungkin kamu akan sedikit terkejut. Berjanjilah untuk tidak menyalahkannya setelah ini. Ya?” F melanjutkan ceritanya.

Jadi, yang memakai topeng joker itu adalah ORANG MISTERIUS!!!

“Hah? Lalu siapa kira-kira orang misterius itu?” Reni menanggapi.

F bercerita kembali.
Hehe, dhiyah… sebenarnya aku berbohong. Pelakunya adalah Ibumu (Sisilia Andi). Saat itu Ibumu melihat Narti lewat di depannya. Ibumu tahu bahwa Narti akan melewati kamar Ayahmu seperti biasanya. Ibumu yang memang sudah merencanakan ini bersama kekasihnya, pamanmu sendiri (Muhammad Pandu) kemudian bergegas menemui pamanmu tersebut. Kemudian mereka pun melakukan aksinya. Mereka menyekap Ayahmu, kemudian menyembunyikannya didalam lemari besar. Kemudian mereka berpura-pura dalam adegan pembunuhan dimana pamanmu berpura-pura menjadi ayahmu, sedangkan ibumu menggunakan topeng joker untuk menutupi wajahnya. Kemudian seperti yang direncanakan Nartipun lewat didepan kamar ayahmu dan melihat adegan itu. Seketika itu Narti pun ketakutan dan tanpa pikir panjang langsung berlari keluar. Saat Narti keluar itulah, pembunuhan yang sebenarnya terjadi. Checkmate!

“Huuuww… Huuwww… kenapa ibu melakukan ini… Huuww…” Reni pun bergumam disela-sela tangisnya.

“Sudahlah dhiyah, sudah… berjanjilah untuk tidak membenci ibumu, sekarang dia satu-satunya orangtua yang kau punya.” F melanjutkan.

Sekarang terserah kamu apakah kamu akan menceritakan ini kepada polisi atau menutup rapat-rapat tentang ini dan memulai hidup baru bersama ibumu. Tapi dhiyah, menurutku kebenaran harus tetap diungkapkan.

***

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲